Senin, 20 Februari 2012

Budidaya Jamur

LAPORAN BUDIDAYA JAMUR

Laporan Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pilihan Budidaya  Jamur yang Diampu oleh Bapak Apririzki Dermawan, S. Pd.



      Disusun Oleh :
   Kelompok 21
        Hidayah Novi S. L                   A 420090048





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2011/2012




HALAMAN PENGESAHAN

Mahasiswa dibawah ini:
Hidayah Novi S. L     A 420090048


Telah menyelesaikan Mata Kuliah Pilihan Budidaya  Jamur  Tahun Ajaran 2011/2012 dengan  nilai akhir :………………




                                                                                     Surakarta,     Januari  2012

            Mengesahkan,
          Dosen Pengampu                                                                             Mahasiswa


      (Apririzki Dermawan, S. Pd)                                                          (Hidayah Novi S. L)
















KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Mata Kuliah Pilihan Budidaya  Jamur dengan lancar.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Pilihan Budidaya  Jamur. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk mempelajari dan menerapkan teori-teori yang  kami dapatkan dibangku  kuliah.
Dalam kesempatan  ini penulis  mengucapkan  terima kasih kepada  pihak yang  telah  membantu  dalam  menyusun laporan Budidaya  Jamur  ini, antara lain:
1.    Allah SWT yang  telah  membantu  terlaksananya laporan Mata Kuliah Pilihan Budidaya  Jamur  ini dengan lancar.
2.    Apririzky, S.Pd sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Pilihan Budidaya  Jamur.
3.    Rekan-rekan yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan laporan  ini.
Penulis menyadari bahwa dalam upaya penyusunan Laporan Praktikum Budidaya  Jamur ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar laporan ini lebih baik dan sempurna.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.



Surakarta,    Januari  2012


Penulis            








DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................  i 
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................  ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................  iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1         
A.    Latar Belakang ...............................................................................  1
B.     Tujuan Praktikum............................................................................ 3       
C.     Manfaat Praktikum ........................................................................  3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................           4
BAB III. METODE PRAKTIKUM ...............................................................  9
A.    Waktu dan Tempat ........................................................................  9     
B.     Alat dan Bahan............................................................................... 9     
C.     Pelaksanaan Praktikum ..................................................................  10   
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 13
A.  Hasil ................................................................................................  13
B.  Pembahasan .....................................................................................  13
BAB V. KESIMPULAN ................................................................................  21   
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 













BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi yang dibuat oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Karena ketergantungannnya terhadap organisme lain, maka jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrofik. Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur yang merugikan antara lain karena bersifat patogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia, hewan maupun tumbuhan. 
Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas. Jenis-jenis jamur yang umum dibudidayakan ialah jamur merang (Volvariella volvaceae), jamur tiram (Pleurotus ostreatus), jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur payung (Lentinus edodes), dan jamur kancing (Agaricus sp.). Hasil panen jamur tersebut tak hanya untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri bahkan ada juga yang di ekspor, seperti jamur kancing dan jamur payung. Media untuk pertumbuhan jamur dapat menggunakan limbah yaitu limbah pertanian(merang dan daun pisang) dan limbah industri (serbuk gergaji). Ramuan atau campuran yang digunakan sebagai media juga bermacam-macam, sedangkan metode yang digunakan untuk budidaya jamur ini juga bermacam-macam, seperti cara ilmiah, konvensional, tradisional,dan semi modern.
Jenis jamur tiram yang kami budidayakan dalam praktikum ini adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Jamur ini merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung  tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan. 
Budidaya Jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan pangan yang sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari budidaya jamur memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini maka dari itu banyak masyarakat yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini. Selain mudah dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak membutuhkan modal yang terlalu besar sehingga sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang taraf ekonominya sedang ataupun rendah, bahkan saat ini banyak petani padi, jagung, tembakau maupun peternak yang banting stir berprofesi menjadi pembudidaya jamur, bahkan membudidayakan jamur juga banyak diandalkan sebagai pekerjaan sampingan. 
Dengan banyaknya manfaat tersebut, maka tidak salah jika pada jurusan Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Budidaya Jamur termasuk mata kuliah pilihan yang dapat diambil oleh mahasiswa. Dengan adanya mata kuliah pilihan budidaya jamur ini, diharapkan mahasiswa dapat berlatih untuk membudidayakan jamur yang bermanfaat dalam kehidupan manusia dan nantinya dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari. Salah satu praktikum dari budidaya jamur adalah budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang juga memiliki banyak manfaat. Dalam praktikum ini mahasiswa dilatih untuk membudidayakan jamur tiram putih melalui berbagai tahap yaitu tahap pencampuran bahan, tahap pembuatan log, tahap sterilisasi log, tahap inokulasi bibit jamur ke dalam log, tahap inkubasi log, dan pengamatan pertumbuhan miselium serta tahap penanaman log.



B.  TUJUAN
1.    Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan Budidaya Jamur terutama Jamur Tiram.
2.    Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan berfikir dalam menerapkan ilmu yang dipelajari di dalam dunia kerja atau di lapangan kerja.
3.    Untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman praktis kepada mahasiswa dalam rangka kesiapan menghadapi dunia kerja yang mengarah pada kegiatan kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja.

C.  MANFAAT
1.    Bagi Mahasiswa
a.    Mahasiswa mampu menguasai cara-cara dalam tahapan budidaya jamur dan menerapkannya di kehidupan nyata.
b.    Melatih mahasiswa untuk berwirausaha.
2.    Bagi Dosen
a.    Dapat menilai Mahasiswa dalam Mata Kuliah Pilihan Budidaya Jamur yaitu dengan menilai produk yang dihasilkan.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Nurfitriana (2010), menyatakan bahwa tempat tumbuh Jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organic yang ada didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa lignin, pentosan, zat ekstakrktif, dan abu yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan miselium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan ticlak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein.
Hendritomo (2010), menyatakan bahwa disebut jamur tiram karena berbentuk bulat agak lonjong dan melengkung menyerupai cangkang tiram, serta letak tangkai tudung asimetris. Jamur tiram banyak tumbuh pada kayu lapuk. Keunggulan jamur tiram adalah ukuran badan buah lebih besar dibanding jamur lainnya, diameter tudung dapat mencapai 9-15 cm, dan daging buah lebih tebal. Media tumbuh tidak perlu dikomposkan, pertumbuhan relatif cepat, toleran terhadap suhu iklim tropis. Serta media tumbuh pada budidaya dapat menggunakan kayu gelondongan, serpihan kayu, serbuk kayu, jerami padi. Jamur tiram dapat tumbuh optimal di daerah berhawa sejuk. 
Kistinnah (2010), menyatakan bahwa secara alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan melalui perantara angin atau air. Ada beberapa macam spora aseksual, di antaranya seperti berikut:

  1. Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium.
  2. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
Prawirahardja (2010), menyatakanbahwa di antara banyak jenis jamur, jamur tiram ini termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Ciri yang khas ada pada tudungnya berwarna hitam lembayung sampai kecoklatan. Bentuknya menyerupai kulit kerang dengan diameter 6-14 cm. Selain itu, tekstur permukaan tudung licin dan mengkilap. Demikian juga bilahnya berwarna putih, krem atau putih gading yang tersusun agak rapat.Disini terjadi fase perubahan bentuk, yaitu sewaktu muda bilahnya berwarna putih dan semakin tua jadi krem kekuningan dengan ukuran sekitar 1-3 cm. Jamur ini hidup baik pada kisaran suhu tinggi sekitar 25-30 °C.Untuk melakukan budidaya jamur tiram ini, tidak sesulit yang dibayangkan. Hanya masalah perlakuan lingkungan harus diperhatikan benar, dimana pada habitatnya ia lebih menyukai area dataran tinggi sebagai optimalisasi proses pertumbuhan. Itu didukung pula dengan tingkat kelembaban yang jadi sarat hidup mutlak.Kondisi lembab dan dingin yang sesuai dengan karakter jamur, membuat bentuknya semakin besar. Namun tak perlu berkecil hati, bagi Anda yang tinggal di dataran rendah dan berniat melakukan budidaya jamur tiram. Sebab, ada alternatif yang tetap bisa dilakukan, seperti membuat kondisi lingkungan tempat tinggal jamur (minimal hampir sama) dengan habitat aslinya.Namun penerapannya pun perlu dilakukan secara ekstra dari perlakuan jamur untuk daerah dingin. Alternatifnya, bisa dengan membuat lingkungan untuk selalu dalam keadaan lembab. Menyiram bagian tanahnya secara rutin, jadi salah satu cara untuk membuat tingkat kelembaban yang cocok. Sedangkan untuk bagian tanaman jamurnya tak perlu disiram, karena hanya faktor lingkungan tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan.
Tjitrosoepomo (2001), menyatakan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) memiliki tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem, memiliki tangkai yang tumbuh menyamping, bentuknya seperti tiram (ostreatus), permukaannya hampir licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Pada waktu muda, tubuh buah diselubungi oleh velum universal. Jiak tubuh membesar, tinggallah selaput pada pangkal tangkai tubuh buah sebagai bursa. Dari tepi tubuh buah ke tangkai terdapat pula selaput yang menutupi sisi bawah tubuh buah dinamakan velum partiale. Jika tubuh buah membesar, maka selaput ini akan robek dan merupakan suatu cicncin (annulus) pada bagian atas tubuh buah. Himenofora pada sisi bawah tubuh buah, membentuk papan-papan atau lamella yang tersusun radial, dapat juga himenofora membuat tonjolan berupa buluh-buluh. Himenium meliputi sisi bawah tubuh buah tadi dan mula-mula terletak di bawah velum partiale. Letak himenium yang demikian itu disebut angiokarp.
Rahmat (2011), menyatakan bahwa Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu dari sekian jenis jamur kayu yang bisa dikonsumsi. Dinamakan jamur tiram karena bentuk tudung ini sepintas menyerupai cangkang tiram. Tudung jamur tiram berbentuk seperti cangkang tiram yang menelungkup. Tudung ini disangga oleh batang. Diameter tudung berkisar 3-15 cm. Sebagian jamur ini memiliki tangkai bercabang dan tubuhnya berwarna putih. Jamur Tiram sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas, baik Indonesia maupun di berbagai Negara. Varietas yang umum dibudidayakan di Indonesia adalah Jamur tiram Putih (Pleurotus ostreatus), meskipun varietas jamur tiram yang lain ada, pembudidayaannya kurang populer.
Sumarsih (2010), menyatakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian tercatat bahwa jamur tiram putih mengandung sejumlah asam amino, vitamin B1(Tiamin),vitamin B2(riboflavin), vitamin B3(Niacin),vitamin B5(Asam Panthotenat), vitamin B7, vitamin C, serta mineral lainnya. Di dalam badan buah jamur, juga terkandung senyawa tannin yang dapat berfungsi sebagai antimikroba dan senyawa penghambat penyerapan zat besi. Sebagai saprofit, jamur tiram menggunakan sumber karbon yang berasal dari bahan organic untuk diuraikan menjadi senyawa karbon sederhana kemudian diserap masuk ke dalam miselium jamur.
Djarijah (2001), menyatakan bahwa pada Jamur tiram bersih yaitu (Pleurotus florida dan Pleurotus ostreatus) memiliki tudung berwarna putih susu / putih kekuningan dengan garis tengah 3-14 cm. Jamur tiram adalah tanaman makroskopik yang tidak memiliki klorofil. Jamur sebagai tanaman yang memiliki inti, berspora merupakan sel-sel lepas / bersambungan membentuk benang yang bersekat / tidak bersekat yang disebut hifa. Hifa jamur terdiri atas sel-sel yang berinti satu dan haploid. Hifa jamur menyatu membentuk jaringan yang disebut dengan miselium (kumpulan hifa). Miselium jamur bercabang-cabang dan pada titik-titik pertemuannya membentuk bintik-bintik kecil yang disebut sporangiumyang tumbuh menjadi tunas dan akhirnya berkembang menjadi jamur (tubuh buah).
Aseqab (2011), menyatakan bahwa jamur tiram putih dalam bahasa latin dikenal dengan Pleurotus ostreatus. Bentuk jamur ini memiliki tudung agak bulat dan melengkung seperti cangkang tiram dengan diameter 6-14 cm. Dagingnya berwarna putih dan semakin tua akan semakin keras. Saat muda, bilahnya berwarna putih. Sebaliknya saat menua, warna bilahnya berubah menjadi krem kekuningan dan menyusut menjadi berukuran 1-3 cm. Jamur tiram bisa hidup pada suhu 10-32 oC. Artinya jika suhu dari 10 oC atau lebih dari 32 oC maka pertumbuhan jamur tiram kurang baik. Manfaat dari jamur tiram adalah untuk mencegah penyakit darah tinggi karena terkenal dengan kandungan kolesterolnya yang rendah. 











BAB III
METODE PENELITIAN

A.  TEMPAT dan WAKTU
1.    Tempat
Praktikum Budidaya Jamur dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Jamur Pendidikan Biologi UMS.
2.    Waktu
Praktikum Budidaya Jamur dilaksanakan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai bulan Januari 2012.

B.  ALAT dan BAHAN
1.    Alat
a.    Alat yang digunakan untuk sterilisasi adalah drum steam, kompor minyak, thermometer, selang karburator, dan pompa.
b.    Alat yang digunakan untuk fermentasi adalah skop, plastik terpal, corong, ember, timbangan, dan pengayak.
c.    Alat yang digunakan dalam pembuatan log adalah plastik log (polipropilen), cincin jamur, karet gelang, plastik penutup, kapas, ember, dan kertas.
d.   Alat yang digunakan dalam inokulasi adalah tongkat inokulasi, ember/ baskom.
e.    Alat yang digunakan dalam perawatan jamur adalah penyemprot air uap.
2.    Bahan
Bahan utama dalam praktikum ini adalah bibit Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dan serbuk gergaji. Bibit Jamur Tiram Putih diperoleh dari hasil pembibitan budidaya jamur di daerah dukuh Sembung, Bekonang.
a.    Bahan utama yang digunakan adalah Bibit Jamur Tiram Putih
b.   Bahan yang digunakan untuk media antara lain serbuk gergaji kayu sengon, bekatul, kalsit, pupuk kandang sapi, dan air.
c.    Bahan yang digunakan untuk sterilisasi adalah minyak tanah dan air.

C.  PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.    Tahap pencampuran bahan
a.    Meletakkan bahan pada tempat yang datar dan kering.
b.    Mencampur komposisi bahan dengan perbandingan :
Serbuk gergaji         : 100 kg
Bekatul                   : 10 kg
Batu kapur/ kalsit   : 4 kg
Air                          : secukupnya
c.    Meratakan komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak menggumpal.
d.   Mengecek kelembaban adukan bahan, apabila sudah lembab dihentikan.
e.    Menutup adonan bahan dengan plastik terpal dan memfermentasikannya selama 3-5 hari.
2.    Tahap pembuatan log
a.    Menyiapkan alat dan bahan.
b.    Memasukkan komposisi bahan ke dalam plastik log seukuran 1 kg.
c.    Menambahkan pupuk kandang sapi sesuai perlakuan.
d.   Memadatkan bahan yang dimasukkan dalam plastik hingga tidak ada ruang kosong.
e.    Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik.
f.     Mengikat ujung plastik pada cincin jamur dengan karet gelang.
g.    Menyumbat cincin jamur dengan kapas.
h.    Menutup cincin jamur yang sudah disumbat dengan kapas menggunaakan kertas dan mengikatnya dengan karet gelang.

3.    Tahap sterilisasi log
a.  Memasukkan log pada drum steam.
b. Menyalakan kompor.
c.  Mensterilisasi log pada suhu 1140C konstan selama 4-5 jam.
d. Mendinginkan log pada tempat yang steril
4.    Tahapan inokulasi bibit jamur ke dalam log dan pengamatan miselium
a.    Mensterilkan telapak tangan dengan menggunakan alcohol 70%.
b.    Membuka plastik/ kertas yang menutup cincin jamur pada log.
c.    Membuka sumbatan kapas pada cincin jamur.
d.   Mengeluarkan 3 sendok makan media dalam log dengan tingkat inokulasi dan selanjutnya menamping sisa media tersebut dalam ember.
e.    Menginokulasikan bibit jamur tiram putih kurang lebih 3 sendok makan ke dalam log menggunakan tongkat inokulasi.
f.     Menutup kembali cicncin log dengan kapas.
g.    Menginkubasikan log ke dalam ruang pembibitan
h.    Mengamati pertumbuhan miselium jamur dalam log.

















D.  TAHAPAN PRAKTIKUM





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  HASIL
Dari praktikum yang kami lakukan selama 5 bulan akhirnya tumbuh misellium meskipun hanya sedikit mungkin karena pengaruh dari beberapa hal misalnya kurang steril dalam menginokulasi jamur, ruang inokulasi dan lain-lain. Tetapi sampai saat ini kami belum mengetahui hasil setelah media diletakkan di kubung jamur. Jadi kami belum mengetahui nantinya bisa memanen jamur yang kami budidayakan yaitu Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).
B.  PEMBAHASAN
Jamur dalam bahasa Indonesia di sebut cendawan dan dalam bahasa botani disebut fungi, termasuk ke dalam golongan sederhana karena tidak berklorofil.  Secara sederhana pengertian jamur adalah tumbuhan sederhana, berinti, tidak berklorofil, berspora, berupa sel atau sejumlah sel dalam bentuk benang-benang (misellia) yang bercabang. Di Indonesia banyak sekali macam-macam jamur misalnya jamur tiram, jamur kuping, jamur merang, jamur kayu, jamur payung shitake dan lain-lain. Dalam praktikum yang kita lakukan ini akan melakukan pembudidayaan jamur tiram. 
Jenis jamur yang kami budidayakan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung  tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan  dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom. Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
Klasifikasi dari jamur tiram putih adalah:
Kingdom         : Fungi
Divisi               : Amastigomycota
Classis             : Basidiomycota
Sub Classis      : Homobasidiomycetidae
Ordo                : Agaricales
Famili              : Agaricaceae
Genus              : Pleurotus
Spesies            : Pleurotus ostreatus
Siklus hidup jamur :
Pada umumnya Pleurotus ostreatus mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya yaitu:
1.    Reproduksi secara aseksual
Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium.

2.    Reproduksi secara seksual.
Reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium. Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid. Miselium terus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikaryotik. Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 °C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk. Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada basidium. Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada basidium.  Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela). Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion. Hifa ini akan memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus). Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion). Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami, kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur. 
Syarat tumbuh jamur tiram meliputi beberapa parameter, terutama temperature, kelembapan relatif, waktu , kandungan CO2, dan cahaya. Parameter tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap setiap stadium atau tingkatan, misalnya:
1.    Terhadap pertumbuhan miselia pada substrat tanam.
2.    Terhadap pembentukan primodia (bakal kuncup) jamur.
3.    Terhadap pembentukan tubuh buah.
4.    Terhadap siklus panen.
5.    Terhadap nilai BER atau perbandingan antara berat hasil jamur dengan berat substrat log tanam jamur. 
Syarat tumbuh dari Jamur Tiram adalah:
1.    Media tumbuh jamur tiram

a.    Nutrisi
Nutrisi media berperan penting dalam proses budidaya jamur tiram.  Nutrisi bahan baku yang ditambahkan harus sesuai dengan kebutuhan hidup jamur tiram.  Bahan baku yang digunakan sebagai media dalam budidaya jamur tiram dapat berupa kayu yang sudah kering, kayu yang sudah lapuk, serbuk kayu ataupun campuran serbuk kayu dan jerami. Selain bahan baku tersebut bahan tambahan lainya yaitu bekatul atau dedak, kapur serta gips sebagai penguat media dan juga air.  Bahan–bahan tersebut perlu ditambahkan karena jamur termasuk organisme heterotrofik yang artinya jamur tidak dapat mencukupi kebutuhanya sendiri.
b.    Tingkat keasaman media
Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram putih. Apabila pH terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menggangu pertumbuhan jamur tiram atau bahkan akan tumbuh jamur lain.  Keasaman pH dapat diatur antara 6–7. Karena pada saat pertumbuhan misellia menghendaki keasaman media mendekati netral sampai netral.
c.    Kadar air
Selaian kadar pH, kadar air media harus diatur hingga 50-60% dengan menambahkan air bersih.  Air perlu ditambahkan sebagai bahan pengencer agar misellia jamur dapat menyerap makanan dari media/substrat dengan baik.  Jika air yang ditambahkan kurang, maka penyerapan makanan oleh jamur menjadi kurang optimal sehingga jamur menjadi kurus, bahkan dapat mengakibatan jamur mati.  Apabila air yang ditambahkan terlalu banyak maka akan mengakibatkan busuk akar.
2.    Lingkungan tumbuh
a.    Intensitas cahaya
Secara alami, jamur tiram tumbuh di hutan di bawah pohon atau di bawah tanaman berkayu.  Jamur tiram, tidak memerlukan cahaya matahari berlimpah.  Pertumbuhan misellia akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap atau tanpa sinar sekalipun tetapi pada masa pertumbuhan badan buah jamur tiram memerlukan rangsangan sinar.  Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya, badan buah tidak akan tumbuh, oleh karena pada masa pembentukan badan buah harus mulai mendapatkan sinar.  Penyinaran dapat menggunakan lampu 40 watt ataupun penyinaran dengan sinar matahari secara tidak langsung dengan membuka jendela atau pintu kumbung.
b.    Suhu
Pada budididaya jamur tiram, suhu udara memegang peranan penting untuk mendapatkan badan buah yang optimal.  Suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22–28oC dengan kelembaban 60–70% dan  fase pembentukan badan buah, memerlukan suhu udara antara 16–22oC.


Dalam praktikum yang kita lakukan mungkin kita akan mengalami keberhasilan atau kegagalan. Selain syarat-syarat yang harus diperhatikan diatas ada beberapa hal yang menyebabkan apabila budidaya jamur kita itu gagal. Hal yang mempengaruhi yaitu:
1.    Pencampuran Bahan dan Pengomposan
Bahan baku yang terdiri dari serbuk gergaji kayu, bekatul, kapur, dan sebagainya dicampur secara merata, dengan komposisi bahan disesuaikan dengan kebutuhan. Sebelum digunakan sebagai bahan campuran, serbuk gergaji kayu harus diayak terlebih dahulu agar bagian-bagian  yang tidak digunakan (misalnya benda asing berbentuk kerikil, pecahan gelas, bagian kayu,dsb) tidak terbawa. Semua bahan kemudian dicampur sampai homogen, ditambah dengan bahan campuran lain dan air secukupnya. Bahan campuran ini dikomposkan selama 2-5 hari. Selama pengomposan dilakukan pengadukan sebanyak 3-4 kali. pada praktikum kali ini dimungkinkan waktu yang terlalu lama pada saat pengomposan sshingga media atau bahan tidak layak untuk digunakan.
2.    Faktor dari serbuk kayu yang digunakan
Media kayu adalah media utama dalam penumbuhan jamur ini. Jadi sangat penting untuk memperhatikan jenis serbuk kayu yang digunakan. Hendaknya untuk mempermudah budidaya, jenis kayu yang digunakan homogen atau tidak bercampur. Ini berpengaruh dalam lamanya waktu pengomposan dan juga tentunya perkembangan miselium. Untuk wilayah di pulau jawa, paling mudah menggunakan jenis kayu sengon laut. Pencampuran dengan jenis lainnya boleh dilakukan tetapi hendaknya 80% bersifat homogen.Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini tidak terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya. Penting juga untuk memperhatikan apakah dari penggergajian kayu, serbuk gergaji tersebut terkena tumpahan oli atau tidak, karena sangat beresiko jika digunakan dalam budidaya.
3.    Faktor campuran yang kurang baik
Kadar dari campuran memang bermacam-macam dari masing-masing pembudidaya, tetapi rata-rata menggunakan nutrisi sekitar 10%-15%, ada yang maksimal hingga 20% dari berat gergajian. Nutrisi yang kami maksud di sini adalah perbandingan bekatul. Kita harus memperhatikan bahan yang digunakan dalam campuran masih dalam kondisi segar dan baru, tentunya kualitasnya juga harus baik. Penting sekali untuk segera melakukan sterilisasi setelah campuran dimasukkan ke dalam kantong baglog. Karena setelah dimasukkan ke dalam plastik, akan timbul gas fermentasi yang dapat melambatkan tingkat kecepatan tumbuh miselium nantinya, atau bahkan menghentikannya sama sekali.
4.    Faktor sterilisasi
Faktor ini yang sering menjadi momok pada budidaya. Metodenya banyak sekali, ada yang menggunakan tong, ada yang menggunakan steamer beton, plat baja. Ada yang langsung dipanaskan, ada yang menggunakan boiler sebagai penghasil uap panasnya. Intinya cuma satu, bagaimana metoda yang digunakan tersebut dapat memanaskan media baglog hingga 100 oC dan mematikan semua bakteri yang ada. Sehingga baglog yang sudah steril tersebut dapat tumbuh miseliumnya setelah ditanamkan bibit di dalamnya. Air yang digunakan dalam memanaskan baglog juga sebaiknya harus selalu baru dan bersih. Seharusnya setelah sterilisasi, jangka waktu untuk inokulasi tidak terlalu lama sehingga media baglog dalam keadaan steril. Tapi pada praktikum kali ini jangka waktu antara sterilisasi dan inokulasi sangat lama yaitu mencapai 7 hari/1 minggu sehingga kemungkinan terjadi kontaminasi.
5.    Faktor kesalahan dalam inokulasi
Dalam melakukan inokulasi bibit jamur tiram putih, kondisi baglog setelah melalui proses sterlilisasi harus memiliki suhu yang pas.. Suhu baglog yang masih terlalu panas dapat menyebabkan kegagalan, begitu juga sebaliknya, suhu yang sudah terlalu dingin juga dapat menimbulkan kegagalan. Suhu yang baik kira-kira di kisaran 35-38 derajat C (masih hangat sedikit, tapi tidak panas). 
   Jangan pula misalnya sudah lebih dari 2 hari keluar dari steamer proses sterilisasi, baru dilakukan proses inokulasi, ini sudah terlalu dingin.
Indikasi faktor inokulasi berhasil dapat dilihat seperti foto di bawah ini, walau hanya baru 3 hari, perkembangan miselium sudah terpantau dengan menyebarnya pengapasan.

6.    Faktor bibit jamur yang kurang baik
Bibit jamur tiram putih sangat penting sekali dalam menentukan tingkat keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Kualitas bibit ini sangat menentukan keberhasilan. Bibit yang sudah terlalu tua (apalagi sudah tumbuh jamurnya) kurang baik untuk digunakan. Bibit yang berumur masih muda memiliki kekuatan yang lebih baik. 
7.    Komposisi bibit
Komposisi nutrisi pada bibit jamur tiram menentukan kualitas kekuatan miselium dalam perkembangan di baglog nantinya. Indikasi sederhananya dapat terlihat pada warna putih miselium di botol bibit. Jika putihnya berwarna sangat putih, ini mengindikasikan nutrisi nya baik, tapi jika warna putihnya hanya semu saja, ini mengindikasikan nutrisi yang digunakan kurang.
8.    Faktor kebersihan ruang inkubasi
Pada ruang inkubasi, faktor kebersihan, sirkulasi udara, kelembaban juga harus sangat diperhatikan. Bisa jadi semua faktor sudah terlewati dengan baik, dan perkembangan miselium juga baik, tetali karena ruang inkubasi kurang bersih, perkembangan miselium justruk menjadi lambat dan malah terhenti sama sekali. Ada baiknya ruang inkubasi secara rutin dilakukan sterilisasi dengan menyemprotkan formalin 2% sebelum diisi baglog, ini untuk meyakinkan bersih dan sterilnya ruang inkubasi itu sendiri.
Selain kelezatannya, jamur tiram juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.  Jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan, seperti :
a.       Dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.
b.      Memiliki kandungan serat mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan.
c.       Antitumor, antioksidan, dll.

















BAB V
KESIMPULAN

1.    Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) atau jamur tiram putih adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem.
2.    Praktikum yang telah dilakukan dengan cara membuat 1 buah baglog, tumbuh miselium dan hanya tumbuh sedikit pada bagian bawah cincin log.
3.    Tahapan pembudidayaan jamur tiram putih adalah:
a.    Tahapan pencampuran bahan.
b.    Tahapan pencampuran log.
c.    Tahapan inokulasi bibit jamur ke dalam log dan pengamatan miselium.
4.    Syarat tumbuh dari Jamur Tiram adalah:
a.    Media tumbuh jamur tiram
                    i.     Nutrisi.
                  ii.     Tingkat keasaman media.
                iii.     Kadar air.
b.    Lingkungan tumbuh
                    i.     Intensitas cahaya.
                  ii.     Suhu.
5.    Faktor lain yang mempengaruhi pembudidayaan jamur adalah:
a.    Pencampuran Bahan dan Pengomposan.
b.    Faktor dari serbuk kayu yang digunakan.
c.    Faktor campuran yang kurang baik.
d.   Faktor sterilisasi.
e.    Faktor kesalahan dalam inokulasi.
f.     Faktor kebersihan ruang inkubasi.
g.    Komposisi bibit.
h.    Faktor bibit jamur yang kurang baik.





DAFTAR PUSTAKA


Aseqab, Muad. 2011. Bisnis Pembibitan Jamur Tiram Jamur Merang dan Jamur Kuping. Jakarta: Pt Agro Media Pustaka.

Djarijah,Nunung Marlina.2001.Budidaya Jamur Tiram.Yogyakarta : Kanisius.

Hendritomo, Henky Isnawan. 2010. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Yogyakarta: Andi.

Kistinnah, Idun. 2010. Biologi : Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Jakarta : Erlangga.

Nurfitriana, Alfia. 2010. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat-B  (PTPSP-B ) Pemanfaatan Serbuk Gergaji Sebagai Media Tanam Jamur Tiram. Lampung: Universitas Lampung.

Prawirahardja. 2010.Cara Budidaya Jamur Tiram .tabloidgallery.wordpress.com.  Diakses tanggal 26 Januari 2012.

Rahmat,Suryani dan Nur Hidayat.2011.Untung Besar dari Bisnis Jamur Tiram. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.
Sumarsih,Sri. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta : Penebar Swadaya

Tjitrosoepomo, Gembong. 2001. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

.






 
FOTO PRAKTIKUM

A.  PEMBUATAN MEDIA



Pencampuran dan pengayakan serbuk gergaji, calsit, dan bekatul.



    Campuran serbuk gergaji, calsit dan bekatul (Media)



Pemberian air yang cukup pada media



Media yang sudah siap untuk difermentasikan



B.  PEMBUATAN LOG












C.  STERILISASI MEDIA





 
D.  HASIL DARI INOKULASI JAMUR



F.   PEMINDAHAN KE KUBUNG JAMUR/PEMANENAN
Dilakukan satu per satu dan kondisinya harus steril.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar