Kamis, 24 Mei 2012

RPP Mikrotheacing Q

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


Sekolah :SMP Lentera Asa
Kelas / Semester :VII (tujuh)/Semester II
Mata Pelajaran :IPA (Biologi)
Alokasi waktu :15 Menit

Standar Kompetensi           :     6. Memahami keanekaragaman makhluk hidup.

Kompetensi Dasar                :      6.1     Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup.



Indikator:
I.       Kognitif :   
a.       Produk: Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri makluk hidup
b.      Proses  : Siswa berfikir untuk mengungkapkan pendapatnya
Siswa bekerjasama untuk tampil bereksperimen
II.    Efektif :   
a.       Karakter : Aktif, tanggung jawab
b.      Keterampilan social  : Berani mengungkapkan pendapat,

A.     Tujuan Pembelajaran
I.       Kognitif
a.         Produk      : Peserta didik dapat:
1.          Menyebutkan cirri-ciri makluk hidup
2.          Menyebutkan contoh dari cirri-ciri makluk hidup
b.        Proses       : Siswa dipancing untuk berfikir memecahkan masalah
Siswa dipancing untuk mengungkapkan pendapat
Siswa secara berkelompok dipancing untuk berekperimen secara langsung

II.    Afektif
a.       Karakter  : aktif, tanggungjawab, ceria, bersemangat
b.      Keterampilan social  : Berani mengungkapkan pendapat
                                                                            Menghargai pendapat orang lain


B.     Materi Pembelajaran  :     Ciri-ciri Makhluk Hidup

C.     Strategi Pembelajaran

a.       Model Pembelajaran  :Aktif learning
b.      Metode Pembelajaran            : Tanya jawab



D.     Langkah- langkah kegiatan

a. Kegiatan Pendahuluan
     .     Motivasi dan apersepsi
                 Apa tanda-tanda bahwa kita hidup?
Mengapa tumbuhan putri malu akan mengatup daunnya bila tersentuh?

     .     Prasyarat pengetahuan
                 Apakah ciri-ciri makhluk hidup?

b. Kegiatan Inti
§  Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Menjelaskan perbedaan makhluk hidup dan makhluk tak hidup.
F Menyebutkan ciri-ciri makhluk hidup
F Mengetahui reaksi tumbuhan terhadap rangsangan.
F Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru
F Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan

§ Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F  Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.
F  Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan ciri-ciri makhluk hidup.
F  Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan perbedaan tiap-tiap cirri dari makluk hidup
F  Peserta didik berdiskusi dengan kelompoknya untuk member contoh dari tiap-tiap cirri makluk hidup
F  Guru menanggapi hasil diskusi peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.

§ Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F  Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
F  Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
Ø  Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
Ø  Membantu menyelesaikan masalah;
Ø  Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

c.       Kegiatan Penutup
      Dalam kegiatan penutup, guru:
F  Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan  pelajaran;
F  Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
F  Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
F  Guru memberikan tugas rumah, peserta didik diminta untuk mempelajari bab selanjutnya
E.     Sumber Belajar
a.     Buku IPA Terpadu
b.    Buku Biologi Kelas 7 SMP semester dua
c.     Lingkungan sekitar rumah masing-masing siswa
d.     Internet
e.     Buku referensi

F.    Penilaian Hasil Belajar

Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Instrumen/ Soal
·  Menyebutkan ciri-ciri makluk hidup
 

·  Memberikan contoh dari tiap-tiap ciri mkluk hidup




















 

·  Memekperimenkan contoh dari tiap-tiap ciri makluk hidup secara kelompok
Tes lesan


Tes lesan























Tes kerja
{ Apa saja ciri-ciri makuk hidup?


š Makluk hidup apa saja yang bernafas?
-dengan insang
-dengan trakea
-dengan kulit
-dengan paru-paru

š Mengapa makluk hidup harus makan?
š Ada berapa jenis makanan makluk hidup?

š Apa perbedaan gerak antara manusia dan tumbuhan?
š Apa bukti bahwa tumbuhan juga bergerak?

š Ada berapa macam  perkembangbiakan pada makluk hidup?

š Jika tangan  terkena api, mengapa kita bergegas menarik tangan tersebut?

Z Apa bukti bahwa makluk hidup dapat bernafas?

Z Apa bukti bahwa makluk hidup dapat bergerak?

Z Apa saja bukti bahwa makluk hidup tanggap terhadap rangsang?


Rabu, 16 Mei 2012

Info Tempat Wisata Jateng; Fenomena Aktifitas Ritual Seks Gunung Kemukus Sragen Jawa Tengah


 Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah, dianggap bertuah. Tiap hari makam ini didatangi banyak orang. Selain ziarah, Anda bisa mengukur kekuatan jantung dengan menapaki anak tangga menuju makam.

Gunung Kemukus (GK) terletak di Kabupaten Sragen. Bisa dicapai dengan menggunakan bis, naik dari terminal Tirtonadi Solo, jurusan Solo-Purwodadi, lalu turun di Barong. Dari situ, tinggal naik ojek menuju puncak bukit.

"Sekarang ini Waduk Kedungombo lagi kering. Jadi bisa langsung ke lokasi makam Pangeran Samudro. Tidak perlu menyeberang pakai perahu," kata Surti, penjaja bakso di areal parkir mobil kawasan objek wisata GK. Namun, bila datang ke sana pada musim penghujan dan air waduk sedang penuh-penuhnya, Anda harus menyeberang dengan perahu motor.

GK sendiri merupakan kompleks makam Pangeran Samudro dan ibunya, Ontrowulan. Kompleks ini tepat berada di puncak bukit setinggi 300 meter di atas permukaan laut. Kawasan ini terdiri dari bangunan utama berbentuk rumah joglo dengan campuran dinding beton dan papan.

Ada tiga makam di dalamnya. Sebuah makam besar yang ditutupi kain kelambu putih merupakan makam Pangeran Samudro dan ibunya. Dua makam di sampingnya adalah dua abdi setia sang pangeran. Sementara itu, di sebelah bangunan utama terdapat bangsal besar yang diperuntukkan bagi peziarah sekadar untuk istirahat.

 


175 Anak Tangga

Sekitar 300 meter dari kompleks makam, di kaki bukit sebelah Timur, terdapat Sendang Ontrowulan. Sendang ini merupakan mata air yang digunakan Ontrowulan untuk menyucikan diri agar bisa bertemu putranya. Mata air itu tak pernah kering meski pada musim kemarau panjang sekalipun. Bagi yang percaya, air di sendang itu bisa membuat awet muda.

Kawasan itu pun dilindungi oleh rimbunnya pohon nagasari yang menjulang tinggi. Menurut Mbok Rumirah, penduduk asli GK, usia pohon nagasari terbilang tua. Konon, pohon-pohon itu tumbuh dari kembang-kembang hiasan rambut yang terlepas dari kepala Ontrowulan usai dia melakukan penyucian diri.

Kalau datangnya melewati pintu gerbang depan, Anda harus menaiki 175 anak tangga sebelum sampai ke makam. Namun, bila memutar lewat pintu belakang, yaitu melewati Sendang Ontrowulan, Anda harus melewati jalan berbatu yang mendaki sejauh sekitar satu km.

Aktivitas jalan kaki itu membuat jantung Anda berdenyut kencang sebelum sampai ke makam.


Malam Jumat Pon
 
 Sampai di teras makam, Anda akan diterima seorang kuncen (juru kunci) yang duduk di dekat perapian. Bau kemenyan merebak di sana. Setelah menyampaikan niat, sang kuncen akan mendoakan Anda dengan mantra yang tak jelas terdengar.
Setelah itu, Anda diminta untuk masuk ke dalam bangunan utama. "Anda bisa menyampaikan semua niat dan keinginan. Asal dengan sungguh-sungguh, niscaya segala keinginan akan terkabul," kata Hasto (51 tahun), kuncen generasi kedelapan yang telah bekerja sejak tahun 1987 itu.

Menurutnya, pada setiap malam Jumat Pon jumlah pengunjung membludak, mencapai ribuan orang. Puncak ziarah, katanya, terjadi pada malam Jumat Pon atau Jumat Kliwon di bulan Suro atau Muharam.

Pada malam itu biasanya peziarah mencapai belasan ribu orang. Masih kata Hasto, justru banyak pengunjung asal Jawa Barat yang datang ke tempat ini. Memang objek ini terkenal karena terdapat seribu mimpi indah yang bisa diraih di sana.

Makam Pangeran Samudro diyakini memiliki tuah yang bisa mendatangkan berkah bagi mereka yang memohon dengan sungguh-sungguh. Sebut saja ingin sukses berdagang, mudah jodoh, atau karier cepat menanjak.

Sayangnya, objek ini tercemar oleh mitos-mitos sesat. Misalnya, niat seseorang akan terpenuhi asal dia harus berhubungan seks dengan laki-laki atau perempuan yang bukan suami atau istrinya. Padahal, tidak ada dasar cukup kuat untuk membenarkan mitos ini. Hasto, sang kuncen, juga tidak pernah tahu dari mana mitos itu berasal.

Karena itu, kini pada hitungan 150 anak tangga menuju makam, Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen memasang pengumuman melarang perbuatan asusila. Namun, begitulah seks, selalu mempunyai daya magnetis yang kuat. Apalagi banyak orang yang percaya akan kebenaran mitos di atas.

Terlepas dari itu, bila kita ingin menikmati pemandangan Bukit Kemukus dan sedikit berolahraga dengan menaiki anak tangga kemudian berziarah, niscaya Anda akan mendapatkan kepuasan jasmani dan rohani. Bila Anda kemalaman, tak usah khawatir, di sekitar bukit, ratusan rumah penduduk menyediakan jasa penginapan.

 

Legenda Gunung Kemukus

Pangeran Samudro adalah salah seorang putra raja Majapahit terakhir dari ibu selir Ontrowulan. Ada juga yang mengatakan bahwa Ontrowulan adalah ibu tiri pangeran. Kemudian keduanya jatuh cinta, bak legenda Sangkuriang.

Ketika Majapahit runtuh, Pangeran Samudro tidak ikut melarikan diri seperti saudara-saudaranya. Ia lalu diboyong ke Demak dan belajar agama Islam pada Sunan Kalijaga. Setelah dirasa cukup ilmunya, Pangeran Samudro diutus untuk berguru kepada Kiai Ageng Gugur di daerah Gunung Lawu.


Di sini ia juga menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Tiba saatnya ia pulang kembali ke Demak. Dalam perjalanan pulang, ia didampingi dua orang abdinya dan selalu menyebarkan agama Islam di setiap tempat yang disinggahinya.

Dalam perjalanan pulang itulah Pangeran Samudro jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Jasadnya di makamkan di sebuah bukit. Di atas bukit itulah selalu tampak kabut hitam bagai asap (kukus) pada setiap musim kemarau maupun penghujan. Karena itulah bukit itu disebut Gunung Kemukus. Nama itu bertahan hinga kini.

 

Mitos Pangeran Samodro

Kegiatan seksual di Gunung Kemukus selalu berkaitan dengan kepercayaan yang berhubungan dengan mitos Pangeran Samodro yang ada dalam masyarakat sekitar gunung tersebut. Ada beberapa versi tentang mitos Pangeran Samodro ini yang masing-masing mempunyai kepentingan sebagai alasan pembenar dalam mencapai tujuan, yaitu versi pemerintah daerah setempat, versi peziarah dan versi penduduk setempat. Berdasarkan pertimbangan bahwa versi pemerintah daerah setempat ‘sering dimuati unsur politis’, maka hanya akan dikemukakan secara ringkas versi peziarah dan versi penduduk setempat saja.



Mitos versi peziarah

Ketika kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1478, berdirilah kerajaan Demak dengan seorang raja bernama Raden Patah. Raden Patah mempunyai putra bernama Pangeran Samodro yang berperilaku tidak terhormat karena dia jatuh cinta kepada ibunya, yaitu R.A. Ontrowulan. Ternyata cintanya itu diterima oleh ibunya.

Ketika Raden Patah mengetahui hubungan mereka, Pangeran Samodro dicari dan diburu sampai di Gunung Kemukus. Sementara itu, R.A. Ontrowulan menjadi gila kepada anaknya sendiri, karenanya ia meninggalkan Demak untuk mencari anaknya itu.

Kemudian terjadilah suatu pertemuan yang menyedihkan, dan mereka melakukan hubungan badan yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang ibu dengan anaknya. Selanjutnya datanglah utusan Raden Patah yang hendak membunuh Pangeran Samodro.

Lalu dibunuhnyalah Pangeran Samodro itu. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Pangeran Samodro berucap : “Bagi siapa saja yang mempunyai keinginan atau citacita, untuk mendapatkannya harus dengan sungguh-sungguh, mantap, teguh pendirian, dan dengan hati yang suci. Jangan tergoda apa pun, harus terpusat pada yang dituju atau yang diinginkan. Dekatkan dengan apa yang menjadi kesenangannya, seperti akan mengunjungi yang diidamkan (dhemenane)”.


Mitos versi penduduk asli

 
Pangeran Samodro adalah putra tertua istri resmi Prabu Brawijoyo dari kerajaan Majapahit. Ketika menginjak dewasa, untuk mengumpulkan pengalaman yang akan berguna di kemudian hari, ia dilepas ke dunia luar. Beberapa tahun kemudian, Pangeran Samodro kembali ke istana dan ia jatuh cinta kepada salah seorang selir ayahnya yang bernama R.A. Ontrowulan. Cintanya itu diterima. Ketika Prabu Brawijoyo mengetahuinya, beliau sangat marah dan mengusir mereka berdua.

Kemudian menetaplah mereka di Gunung Kemukus sebagai suami-istri dengan bahagia. Sebelum menetap di Gunung Kemukus, mereka mengembara ke daerah yang kini menjadi Kecamatan Sumber Lawang. Suatu tempat perhentian yang sangat disenangi oleh R.A. Ontrowulan adalah sebuah sumber air di kaki gunung yang saat ini dikenal sebagai Sendang Ontrowulan. Di sendang itu pula ia sering duduk dekat pohon jati dan bermeditasi sepanjang hari. Konon, sendang itu dibuatnya dengan menancapkan sebatang tongkat ke dalam tanah. Dan pohon-pohon besar yang menjadi hutan lebat di sekelingnya berasal dari bunga-bunga pengikat rambut yang jatuh ketika R.A. Ontrowulan menggoyangkan rambutnya yang panjang.

Pada suatu waktu, ketika R.A. Ontrowulan pergi bermeditasi di sebuah tempat yang jauh dan untuk waktu yang lama, Pangeran Samodro jatuh sakit dan meninggal dunia. Oleh penduduk desa Blorong, jenazahnya dimandikan di Sendang dan dimakamkan. R.A. Ontrowulan tidak mengetahui kejadian itu. Ketika kembali, ia mandi di Sendang dan langsung pergi ke puncak Gunung Kemukus untuk bertemu dengan suami tercinta. Namun yang dijumpainya adalah orang-orang desa yang baru saja menguburkan suaminya.

Sangat sedihlah ia, dan ia pun meninggal di tempat itu. Kemudian walaupun sudah larut malam dibuatnyalah makam untuknya. Pada suatu hari, beberapa tahun setelah meninggalnya Pangeran Samodro dan R.A. Ontrowulan, Pangeran Samodro menampakkan diri dalam penglihatan orang tertua di desa. Pangeran Samodro berpesan pada orang tua itu bahwa ia akan memenuhi keinginan setiap orang yang datang ke makamnya dengan membawa bunga, dengan syarat bahwa orang yang datang itu harus memberi kesan telah mempunyai pasangan.

Demikianlah mitos Pangeran Samodro dari dua versi yang berbeda, yang rupanya ditafsirkan secara berbeda pula. Menurut keyakinan para peziarah, Pangeran Samodro adalah orang yang sering bertapa dan mempunyai kekuatan sangat besar. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, Pangeran Samodro menginginkan agar para peziarah datang sebanyak tujuh kali dalam waktu peziarahan dan melakukan hubungan seks dengan orang yang bukan pasangan resmi. Jumlah tujuh kali didasarkan pada pengalaman bahwa jumlah tersebut membawa hasil atau rejeki tersendiri.

Sedangkan hubungan seks dengan ‘orang yang bukan pasangan resmi’ adalah penafsiran dari kata dhemenane yang ditafsirkan oleh peziarah sebagai kata dhemenan yang berarti ‘pacar gelap’, yaitu laki-laki atau perempuan lain yang bukan suami atau istri (Sumiarni,1999:36).

Adapun dalam penafsiran versi penduduk setempat, walaupun ada persamaan namun sangat berbeda dalam bagian akhir dari cerita mitos tersebut. Pangeran Samodro memang memberi syarat harus adanya pasangan, tetapi tidak mensyaratkan adanya hubungan seks. Hal tersebut dianggap tidak begitu penting dan dapat dilakukan dengan aman di rumah saja. Penduduk setempat yang datang berziarah umumnya membawa pasangan resminya sendiri. Jadi bagi yang berminat mengikuti ritual di Gunung Kemukus tinggal pilih saja, mau mengikuti versi yang mana.

Mendengar kabar kematian putranya, Ontrowulan memutuskan untuk mengunjunginya. Di sana Ontrowulan merebahkan diri di pusara makam. Dalam dialog secara gaib, pangeran berpesan pada ibunya. Kalau ingin bertemu dengannya, Ontrowulan terlebih dahulu harus menyucikan diri di sebuah sendang. Sendang itu kini terkenal dengan nama Sendang Ontrowulan.

Usai menyucikan diri, tubuh Ontrowulan menghilang. Sementara dari geraian rambutnya, jatuhlah bunga-bunga penghias rambut. Dari bunga itulah tumbuh pohon nagasari hingga kini.

Sumber: (sumber: www.ejournal.unud.ac.id dan Kompas.com)
http://www.wisataciamis.com/2010/11/info-tempat-wisata-jateng-fenomena.html