Makam
Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah, dianggap bertuah. Tiap
hari makam ini didatangi banyak orang. Selain ziarah, Anda bisa mengukur
kekuatan jantung dengan menapaki anak tangga menuju makam.
Gunung
Kemukus (GK) terletak di Kabupaten Sragen. Bisa dicapai dengan menggunakan bis,
naik dari terminal Tirtonadi Solo, jurusan Solo-Purwodadi, lalu turun di
Barong. Dari situ, tinggal naik ojek menuju puncak bukit.
"Sekarang
ini Waduk Kedungombo lagi kering. Jadi bisa langsung ke lokasi makam Pangeran
Samudro. Tidak perlu menyeberang pakai perahu," kata Surti, penjaja bakso
di areal parkir mobil kawasan objek wisata GK. Namun, bila datang ke sana pada
musim penghujan dan air waduk sedang penuh-penuhnya, Anda harus menyeberang
dengan perahu motor.
GK
sendiri merupakan kompleks makam Pangeran Samudro dan ibunya, Ontrowulan.
Kompleks ini tepat berada di puncak bukit setinggi 300 meter di atas permukaan
laut. Kawasan ini terdiri dari bangunan utama berbentuk rumah joglo dengan
campuran dinding beton dan papan.
Ada
tiga makam di dalamnya. Sebuah makam besar yang ditutupi kain kelambu putih
merupakan makam Pangeran Samudro dan ibunya. Dua makam di sampingnya adalah dua
abdi setia sang pangeran. Sementara itu, di sebelah bangunan utama terdapat
bangsal besar yang diperuntukkan bagi peziarah sekadar untuk istirahat.
175 Anak Tangga
Sekitar
300 meter dari kompleks makam, di kaki bukit sebelah Timur, terdapat Sendang
Ontrowulan. Sendang ini merupakan mata air yang digunakan Ontrowulan untuk
menyucikan diri agar bisa bertemu putranya. Mata air itu tak pernah kering
meski pada musim kemarau panjang sekalipun. Bagi yang percaya, air di sendang
itu bisa membuat awet muda.
Kawasan
itu pun dilindungi oleh rimbunnya pohon nagasari yang menjulang tinggi. Menurut
Mbok Rumirah, penduduk asli GK, usia pohon nagasari terbilang tua. Konon,
pohon-pohon itu tumbuh dari kembang-kembang hiasan rambut yang terlepas dari
kepala Ontrowulan usai dia melakukan penyucian diri.
Kalau
datangnya melewati pintu gerbang depan, Anda harus menaiki 175 anak tangga
sebelum sampai ke makam. Namun, bila memutar lewat pintu belakang, yaitu
melewati Sendang Ontrowulan, Anda harus melewati jalan berbatu yang mendaki
sejauh sekitar satu km.
Aktivitas
jalan kaki itu membuat jantung Anda berdenyut kencang sebelum sampai ke makam.
Malam Jumat Pon
Sampai di teras makam, Anda akan
diterima seorang kuncen (juru kunci) yang duduk di dekat perapian. Bau kemenyan
merebak di sana. Setelah menyampaikan niat, sang kuncen akan mendoakan Anda
dengan mantra yang tak jelas terdengar.
Setelah
itu, Anda diminta untuk masuk ke dalam bangunan utama. "Anda bisa
menyampaikan semua niat dan keinginan. Asal dengan sungguh-sungguh, niscaya
segala keinginan akan terkabul," kata Hasto (51 tahun), kuncen generasi
kedelapan yang telah bekerja sejak tahun 1987 itu.
Menurutnya,
pada setiap malam Jumat Pon jumlah pengunjung membludak, mencapai ribuan orang.
Puncak ziarah, katanya, terjadi pada malam Jumat Pon atau Jumat Kliwon di bulan
Suro atau Muharam.
Pada
malam itu biasanya peziarah mencapai belasan ribu orang. Masih kata Hasto,
justru banyak pengunjung asal Jawa Barat yang datang ke tempat ini. Memang
objek ini terkenal karena terdapat seribu mimpi indah yang bisa diraih di sana.
Makam
Pangeran Samudro diyakini memiliki tuah yang bisa mendatangkan berkah bagi
mereka yang memohon dengan sungguh-sungguh. Sebut saja ingin sukses berdagang,
mudah jodoh, atau karier cepat menanjak.
Sayangnya,
objek ini tercemar oleh mitos-mitos sesat. Misalnya, niat seseorang akan
terpenuhi asal dia harus berhubungan seks dengan laki-laki atau perempuan yang
bukan suami atau istrinya. Padahal, tidak ada dasar cukup kuat untuk
membenarkan mitos ini. Hasto, sang kuncen, juga tidak pernah tahu dari mana
mitos itu berasal.
Karena
itu, kini pada hitungan 150 anak tangga menuju makam, Dinas Pariwisata
Kabupaten Sragen memasang pengumuman melarang perbuatan asusila. Namun,
begitulah seks, selalu mempunyai daya magnetis yang kuat. Apalagi banyak orang
yang percaya akan kebenaran mitos di atas.
Terlepas
dari itu, bila kita ingin menikmati pemandangan Bukit Kemukus dan sedikit
berolahraga dengan menaiki anak tangga kemudian berziarah, niscaya Anda akan
mendapatkan kepuasan jasmani dan rohani. Bila Anda kemalaman, tak usah
khawatir, di sekitar bukit, ratusan rumah penduduk menyediakan jasa penginapan.
Legenda Gunung Kemukus
Pangeran
Samudro adalah salah seorang putra raja Majapahit terakhir dari ibu selir
Ontrowulan. Ada juga yang mengatakan bahwa Ontrowulan adalah ibu tiri pangeran.
Kemudian keduanya jatuh cinta, bak legenda Sangkuriang.
Ketika
Majapahit runtuh, Pangeran Samudro tidak ikut melarikan diri seperti
saudara-saudaranya. Ia lalu diboyong ke Demak dan belajar agama Islam pada
Sunan Kalijaga. Setelah dirasa cukup ilmunya, Pangeran Samudro diutus untuk berguru
kepada Kiai Ageng Gugur di daerah Gunung Lawu.
Di
sini ia juga menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Tiba saatnya ia pulang
kembali ke Demak. Dalam perjalanan pulang, ia didampingi dua orang abdinya dan
selalu menyebarkan agama Islam di setiap tempat yang disinggahinya.
Dalam
perjalanan pulang itulah Pangeran Samudro jatuh sakit dan akhirnya meninggal
dunia. Jasadnya di makamkan di sebuah bukit. Di atas bukit itulah selalu tampak
kabut hitam bagai asap (kukus) pada setiap musim kemarau maupun penghujan.
Karena itulah bukit itu disebut Gunung Kemukus. Nama itu bertahan hinga kini.
Mitos Pangeran Samodro
Kegiatan
seksual di Gunung Kemukus selalu berkaitan dengan kepercayaan yang berhubungan dengan
mitos Pangeran Samodro yang ada dalam masyarakat sekitar gunung tersebut. Ada
beberapa versi tentang mitos Pangeran Samodro ini yang masing-masing mempunyai
kepentingan sebagai alasan pembenar dalam mencapai tujuan, yaitu versi
pemerintah daerah setempat, versi peziarah dan versi penduduk setempat.
Berdasarkan pertimbangan bahwa versi pemerintah daerah setempat ‘sering dimuati
unsur politis’, maka hanya akan dikemukakan secara ringkas versi peziarah dan
versi penduduk setempat saja.
Mitos
versi peziarah
Ketika
kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1478, berdirilah kerajaan Demak dengan
seorang raja bernama Raden Patah. Raden Patah mempunyai putra bernama Pangeran
Samodro yang berperilaku tidak terhormat karena dia jatuh cinta kepada ibunya,
yaitu R.A. Ontrowulan. Ternyata cintanya itu diterima oleh ibunya.
Ketika
Raden Patah mengetahui hubungan mereka, Pangeran Samodro dicari dan diburu
sampai di Gunung Kemukus. Sementara itu, R.A. Ontrowulan menjadi gila kepada
anaknya sendiri, karenanya ia meninggalkan Demak untuk mencari anaknya itu.
Kemudian
terjadilah suatu pertemuan yang menyedihkan, dan mereka melakukan hubungan
badan yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang ibu dengan anaknya.
Selanjutnya datanglah utusan Raden Patah yang hendak membunuh Pangeran Samodro.
Lalu
dibunuhnyalah Pangeran Samodro itu. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya,
Pangeran Samodro berucap : “Bagi siapa saja yang mempunyai keinginan atau
citacita, untuk mendapatkannya harus dengan sungguh-sungguh, mantap, teguh
pendirian, dan dengan hati yang suci. Jangan tergoda apa pun, harus terpusat pada
yang dituju atau yang diinginkan. Dekatkan dengan apa yang menjadi
kesenangannya, seperti akan mengunjungi yang diidamkan (dhemenane)”.
Mitos versi penduduk asli
Pangeran
Samodro adalah putra tertua istri resmi Prabu Brawijoyo dari kerajaan
Majapahit. Ketika menginjak dewasa, untuk mengumpulkan pengalaman yang akan
berguna di kemudian hari, ia dilepas ke dunia luar. Beberapa tahun kemudian,
Pangeran Samodro kembali ke istana dan ia jatuh cinta kepada salah seorang
selir ayahnya yang bernama R.A. Ontrowulan. Cintanya itu diterima. Ketika Prabu
Brawijoyo mengetahuinya, beliau sangat marah dan mengusir mereka berdua.
Kemudian
menetaplah mereka di Gunung Kemukus sebagai suami-istri dengan bahagia. Sebelum
menetap di Gunung Kemukus, mereka mengembara ke daerah yang kini menjadi
Kecamatan Sumber Lawang. Suatu tempat perhentian yang sangat disenangi oleh
R.A. Ontrowulan adalah sebuah sumber air di kaki gunung yang saat ini dikenal
sebagai Sendang Ontrowulan. Di sendang itu pula ia sering duduk dekat pohon
jati dan bermeditasi sepanjang hari. Konon, sendang itu dibuatnya dengan
menancapkan sebatang tongkat ke dalam tanah. Dan pohon-pohon besar yang menjadi
hutan lebat di sekelingnya berasal dari bunga-bunga pengikat rambut yang jatuh
ketika R.A. Ontrowulan menggoyangkan rambutnya yang panjang.
Pada
suatu waktu, ketika R.A. Ontrowulan pergi bermeditasi di sebuah tempat yang
jauh dan untuk waktu yang lama, Pangeran Samodro jatuh sakit dan meninggal
dunia. Oleh penduduk desa Blorong, jenazahnya dimandikan di Sendang dan
dimakamkan. R.A. Ontrowulan tidak mengetahui kejadian itu. Ketika kembali, ia
mandi di Sendang dan langsung pergi ke puncak Gunung Kemukus untuk bertemu
dengan suami tercinta. Namun yang dijumpainya adalah orang-orang desa yang baru
saja menguburkan suaminya.
Sangat
sedihlah ia, dan ia pun meninggal di tempat itu. Kemudian walaupun sudah larut
malam dibuatnyalah makam untuknya. Pada suatu hari, beberapa tahun setelah
meninggalnya Pangeran Samodro dan R.A. Ontrowulan, Pangeran Samodro menampakkan
diri dalam penglihatan orang tertua di desa. Pangeran Samodro berpesan pada
orang tua itu bahwa ia akan memenuhi keinginan setiap orang yang datang ke
makamnya dengan membawa bunga, dengan syarat bahwa orang yang datang itu harus
memberi kesan telah mempunyai pasangan.
Demikianlah
mitos Pangeran Samodro dari dua versi yang berbeda, yang rupanya ditafsirkan
secara berbeda pula. Menurut keyakinan para peziarah, Pangeran Samodro adalah
orang yang sering bertapa dan mempunyai kekuatan sangat besar. Untuk memperoleh
hasil yang memuaskan, Pangeran Samodro menginginkan agar para peziarah datang
sebanyak tujuh kali dalam waktu peziarahan dan melakukan hubungan seks dengan
orang yang bukan pasangan resmi. Jumlah tujuh kali didasarkan pada pengalaman
bahwa jumlah tersebut membawa hasil atau rejeki tersendiri.
Sedangkan
hubungan seks dengan ‘orang yang bukan pasangan resmi’ adalah penafsiran dari
kata dhemenane yang ditafsirkan oleh peziarah sebagai kata dhemenan yang
berarti ‘pacar gelap’, yaitu laki-laki atau perempuan lain yang bukan suami
atau istri (Sumiarni,1999:36).
Adapun
dalam penafsiran versi penduduk setempat, walaupun ada persamaan namun sangat
berbeda dalam bagian akhir dari cerita mitos tersebut. Pangeran Samodro memang
memberi syarat harus adanya pasangan, tetapi tidak mensyaratkan adanya hubungan
seks. Hal tersebut dianggap tidak begitu penting dan dapat dilakukan dengan
aman di rumah saja. Penduduk setempat yang datang berziarah umumnya membawa
pasangan resminya sendiri. Jadi bagi yang berminat mengikuti ritual di Gunung
Kemukus tinggal pilih saja, mau mengikuti versi yang mana.
Mendengar
kabar kematian putranya, Ontrowulan memutuskan untuk mengunjunginya. Di sana
Ontrowulan merebahkan diri di pusara makam. Dalam dialog secara gaib, pangeran
berpesan pada ibunya. Kalau ingin bertemu dengannya, Ontrowulan terlebih dahulu
harus menyucikan diri di sebuah sendang. Sendang itu kini terkenal dengan nama
Sendang Ontrowulan.
Usai
menyucikan diri, tubuh Ontrowulan menghilang. Sementara dari geraian rambutnya,
jatuhlah bunga-bunga penghias rambut. Dari bunga itulah tumbuh pohon nagasari
hingga kini.
Sumber:
(sumber: www.ejournal.unud.ac.id dan Kompas.com)
http://www.wisataciamis.com/2010/11/info-tempat-wisata-jateng-fenomena.html