LAPORAN BUDIDAYA JAMUR
Laporan
Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pilihan Budidaya Jamur yang Diampu oleh Bapak Apririzki
Dermawan, S. Pd.
Disusun
Oleh :
Kelompok 21
Hidayah Novi S. L A 420090048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2011/2012
HALAMAN PENGESAHAN
Mahasiswa
dibawah ini:
Hidayah Novi S. L A 420090048
Telah
menyelesaikan Mata Kuliah Pilihan Budidaya Jamur
Tahun Ajaran 2011/2012 dengan
nilai akhir :………………
Surakarta,
Januari 2012
Mengesahkan,
Dosen Pengampu Mahasiswa
(Apririzki
Dermawan, S. Pd) (Hidayah Novi S. L)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Mata Kuliah Pilihan Budidaya Jamur
dengan lancar.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir Mata
Kuliah Pilihan Budidaya Jamur. Selain
itu, laporan ini juga bertujuan
untuk mempelajari dan menerapkan teori-teori yang kami dapatkan dibangku kuliah.
Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyusun laporan Budidaya Jamur
ini, antara lain:
1.
Allah
SWT yang telah membantu
terlaksananya laporan Mata Kuliah Pilihan Budidaya Jamur
ini dengan lancar.
2.
Apririzky,
S.Pd sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Pilihan Budidaya Jamur.
3.
Rekan-rekan
yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam upaya penyusunan
Laporan Praktikum Budidaya Jamur ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca agar laporan ini lebih baik dan sempurna.
Wassalamu'alaikum
Wr. Wb.
Surakarta, Januari
2012
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN
PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR
ISI ...................................................................................................
iv
BAB
I. PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar
Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan
Praktikum............................................................................
3
C. Manfaat
Praktikum ........................................................................ 3
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
BAB
III. METODE PRAKTIKUM ............................................................... 9
A. Waktu
dan Tempat ........................................................................ 9
B. Alat
dan Bahan...............................................................................
9
C. Pelaksanaan
Praktikum .................................................................. 10
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................
13
A. Hasil
................................................................................................ 13
B. Pembahasan
..................................................................................... 13
BAB
V. KESIMPULAN ................................................................................ 21
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Jamur
merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat
menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang
berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi
yang dibuat oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Karena
ketergantungannnya terhadap organisme lain, maka jamur digolongkan sebagai
tanaman heterotrofik. Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang
merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur yang
merugikan antara lain karena bersifat patogen yaitu dapat menyebabkan penyakit
pada manusia, hewan maupun tumbuhan.
Budidaya jamur
merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim dan tidak membutuhkan
tempat yang luas. Jenis-jenis jamur yang umum dibudidayakan ialah jamur merang (Volvariella
volvaceae), jamur tiram (Pleurotus ostreatus), jamur kuping (Auricularia
polytricha), jamur payung (Lentinus edodes), dan jamur kancing (Agaricus
sp.). Hasil panen jamur tersebut tak hanya untuk mencukupi kebutuhan dalam
negeri bahkan ada juga yang di ekspor, seperti jamur kancing dan jamur payung.
Media untuk pertumbuhan jamur dapat menggunakan limbah yaitu limbah
pertanian(merang dan daun pisang) dan limbah industri (serbuk gergaji). Ramuan
atau campuran yang digunakan sebagai media juga bermacam-macam, sedangkan
metode yang digunakan untuk budidaya jamur ini juga bermacam-macam, seperti
cara ilmiah, konvensional, tradisional,dan semi modern.
Jenis
jamur tiram yang kami budidayakan dalam praktikum ini adalah jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus). Jamur ini merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik
untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur
tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein
sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 –
81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung tiamin atau vit. B1,
riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral
dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila
dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya
25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih
lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan
masa depan.
Budidaya Jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan pangan
yang sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari budidaya
jamur memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini maka dari itu banyak
masyarakat yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini. Selain mudah dalam
proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak membutuhkan modal yang terlalu besar
sehingga sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang taraf ekonominya sedang
ataupun rendah, bahkan saat ini banyak petani padi, jagung, tembakau maupun
peternak yang banting stir berprofesi menjadi pembudidaya jamur, bahkan
membudidayakan jamur juga banyak diandalkan sebagai pekerjaan sampingan.
Dengan banyaknya manfaat tersebut, maka tidak salah jika pada jurusan
Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Budidaya Jamur termasuk
mata kuliah pilihan yang dapat diambil oleh mahasiswa. Dengan adanya mata
kuliah pilihan budidaya jamur ini, diharapkan mahasiswa dapat berlatih untuk
membudidayakan jamur yang bermanfaat dalam kehidupan manusia dan nantinya dapat
diterapkan dikehidupan sehari-hari. Salah satu praktikum dari budidaya jamur
adalah budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang juga
memiliki banyak manfaat. Dalam praktikum ini mahasiswa dilatih untuk membudidayakan
jamur tiram putih melalui berbagai tahap yaitu tahap pencampuran bahan, tahap
pembuatan log, tahap sterilisasi log, tahap inokulasi bibit jamur ke dalam log,
tahap inkubasi log, dan pengamatan pertumbuhan miselium serta tahap penanaman
log.
B. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan Budidaya Jamur terutama Jamur Tiram.
2. Untuk
memperluas pengetahuan dan wawasan berfikir dalam menerapkan ilmu yang
dipelajari di dalam dunia kerja atau di lapangan kerja.
3. Untuk
memberikan pengetahuan dan pengalaman praktis kepada mahasiswa dalam rangka
kesiapan menghadapi dunia kerja yang mengarah pada kegiatan kewirausahaan dan
penciptaan lapangan kerja.
C. MANFAAT
1. Bagi
Mahasiswa
a.
Mahasiswa mampu menguasai cara-cara dalam tahapan budidaya jamur dan menerapkannya
di kehidupan nyata.
b.
Melatih mahasiswa untuk berwirausaha.
2. Bagi
Dosen
a. Dapat
menilai Mahasiswa dalam Mata Kuliah Pilihan Budidaya Jamur yaitu dengan menilai
produk yang dihasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nurfitriana
(2010), menyatakan bahwa tempat tumbuh Jamur tiram termasuk dalam jenis jamur
kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organic yang
ada didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu
atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat
sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang
keras banyak mengandung selulosa lignin, pentosan, zat ekstakrktif, dan abu
yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping
itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Kayu atau serbuk
kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik
dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung
getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat
pertumbuhan miselium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu
sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan,
selain itu serbuk kayu yang digunakan ticlak busuk dan tidak ditumbuhi jamur
jenis lain Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan
media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan
berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan
tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan
kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak
tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan
penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan
protein.
Hendritomo
(2010), menyatakan bahwa disebut jamur tiram karena berbentuk bulat agak
lonjong dan melengkung menyerupai cangkang tiram, serta letak tangkai tudung
asimetris. Jamur tiram banyak tumbuh pada kayu lapuk. Keunggulan jamur tiram
adalah ukuran badan buah lebih besar dibanding jamur lainnya, diameter tudung
dapat mencapai 9-15 cm, dan daging buah lebih tebal. Media tumbuh tidak perlu
dikomposkan, pertumbuhan relatif cepat, toleran terhadap suhu iklim tropis.
Serta media tumbuh pada budidaya dapat menggunakan kayu gelondongan, serpihan
kayu, serbuk kayu, jerami padi. Jamur tiram dapat tumbuh optimal di daerah
berhawa sejuk.
Kistinnah
(2010), menyatakan bahwa secara alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua
cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan
pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak
yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari
penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini
berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan melalui
perantara angin atau air. Ada beberapa macam spora aseksual, di antaranya seperti
berikut:
- Konidiospora,
merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada yang
berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya
konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium.
- Sporangiospora,
merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut
sporangium, pada ujung hifa khusus.
Prawirahardja (2010), menyatakanbahwa di antara banyak jenis jamur, jamur tiram ini termasuk
dalam kategori tanaman konsumsi. Ciri yang khas ada pada tudungnya berwarna
hitam lembayung sampai kecoklatan. Bentuknya menyerupai kulit kerang dengan
diameter 6-14 cm. Selain itu, tekstur permukaan tudung licin dan mengkilap.
Demikian juga bilahnya berwarna putih, krem atau putih gading yang tersusun
agak rapat.Disini terjadi fase perubahan bentuk, yaitu sewaktu muda bilahnya
berwarna putih dan semakin tua jadi krem kekuningan dengan ukuran sekitar 1-3
cm. Jamur ini hidup baik pada kisaran suhu tinggi sekitar 25-30 °C.Untuk
melakukan budidaya jamur tiram ini, tidak sesulit yang dibayangkan. Hanya
masalah perlakuan lingkungan harus diperhatikan benar, dimana pada habitatnya
ia lebih menyukai area dataran tinggi sebagai optimalisasi proses pertumbuhan.
Itu didukung pula dengan tingkat kelembaban yang jadi sarat hidup
mutlak.Kondisi lembab dan dingin yang sesuai dengan karakter jamur, membuat
bentuknya semakin besar. Namun tak perlu berkecil hati, bagi Anda yang tinggal
di dataran rendah dan berniat melakukan budidaya jamur tiram. Sebab, ada
alternatif yang tetap bisa dilakukan, seperti membuat kondisi lingkungan tempat
tinggal jamur (minimal hampir sama) dengan habitat aslinya.Namun penerapannya
pun perlu dilakukan secara ekstra dari perlakuan jamur untuk daerah dingin.
Alternatifnya, bisa dengan membuat lingkungan untuk selalu dalam keadaan
lembab. Menyiram bagian tanahnya secara rutin, jadi salah satu cara untuk
membuat tingkat kelembaban yang cocok. Sedangkan untuk bagian tanaman jamurnya
tak perlu disiram, karena hanya faktor lingkungan tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan.
Tjitrosoepomo
(2001), menyatakan bahwa jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) memiliki tudung
berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram
dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem, memiliki
tangkai yang tumbuh menyamping, bentuknya seperti tiram (ostreatus),
permukaannya hampir licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Pada waktu muda, tubuh buah diselubungi oleh velum
universal. Jiak tubuh membesar, tinggallah selaput pada pangkal tangkai tubuh
buah sebagai bursa. Dari tepi tubuh buah ke tangkai terdapat pula selaput yang
menutupi sisi bawah tubuh buah dinamakan velum partiale. Jika tubuh buah membesar,
maka selaput ini akan robek dan merupakan suatu cicncin (annulus) pada bagian
atas tubuh buah. Himenofora pada sisi bawah tubuh buah, membentuk papan-papan
atau lamella yang tersusun radial, dapat juga himenofora membuat tonjolan
berupa buluh-buluh. Himenium meliputi sisi bawah tubuh buah tadi dan mula-mula
terletak di bawah velum partiale. Letak himenium yang demikian itu disebut
angiokarp.
Rahmat (2011),
menyatakan bahwa Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu
dari sekian jenis jamur kayu yang bisa dikonsumsi. Dinamakan jamur tiram karena
bentuk tudung ini sepintas menyerupai cangkang tiram. Tudung jamur tiram
berbentuk seperti cangkang tiram yang menelungkup. Tudung ini disangga oleh
batang. Diameter tudung berkisar 3-15 cm. Sebagian jamur ini memiliki tangkai
bercabang dan tubuhnya berwarna putih. Jamur Tiram sudah cukup dikenal oleh
masyarakat luas, baik Indonesia maupun di berbagai Negara. Varietas yang umum
dibudidayakan di Indonesia adalah Jamur tiram Putih (Pleurotus ostreatus),
meskipun varietas jamur tiram yang lain ada, pembudidayaannya kurang populer.
Sumarsih (2010),
menyatakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian tercatat bahwa jamur tiram putih
mengandung sejumlah asam amino, vitamin B1(Tiamin),vitamin B2(riboflavin),
vitamin B3(Niacin),vitamin B5(Asam Panthotenat), vitamin
B7, vitamin C, serta mineral lainnya. Di dalam badan buah jamur,
juga terkandung senyawa tannin yang dapat berfungsi sebagai antimikroba dan
senyawa penghambat penyerapan zat besi. Sebagai saprofit, jamur tiram
menggunakan sumber karbon yang berasal dari bahan organic untuk diuraikan
menjadi senyawa karbon sederhana kemudian diserap masuk ke dalam miselium
jamur.
Djarijah (2001),
menyatakan bahwa pada Jamur tiram bersih yaitu (Pleurotus florida dan
Pleurotus ostreatus) memiliki tudung berwarna putih susu / putih kekuningan
dengan garis tengah 3-14 cm. Jamur tiram adalah tanaman makroskopik yang tidak
memiliki klorofil. Jamur sebagai tanaman yang memiliki inti, berspora merupakan
sel-sel lepas / bersambungan membentuk benang yang bersekat / tidak bersekat
yang disebut hifa. Hifa jamur terdiri atas sel-sel yang berinti satu dan
haploid. Hifa jamur menyatu membentuk jaringan yang disebut dengan miselium
(kumpulan hifa). Miselium jamur bercabang-cabang dan pada titik-titik
pertemuannya membentuk bintik-bintik kecil yang disebut sporangiumyang tumbuh
menjadi tunas dan akhirnya berkembang menjadi jamur (tubuh buah).
Aseqab (2011), menyatakan bahwa jamur tiram putih dalam bahasa latin
dikenal dengan Pleurotus ostreatus. Bentuk jamur ini memiliki tudung
agak bulat dan melengkung seperti cangkang tiram dengan diameter 6-14 cm.
Dagingnya berwarna putih dan semakin tua akan semakin keras. Saat muda,
bilahnya berwarna putih. Sebaliknya saat menua, warna bilahnya berubah menjadi
krem kekuningan dan menyusut menjadi berukuran 1-3 cm. Jamur tiram bisa hidup
pada suhu 10-32 oC. Artinya jika suhu dari 10 oC atau
lebih dari 32 oC maka pertumbuhan jamur tiram kurang baik. Manfaat
dari jamur tiram adalah untuk mencegah penyakit darah tinggi karena terkenal
dengan kandungan kolesterolnya yang rendah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. TEMPAT dan WAKTU
1.
Tempat
Praktikum
Budidaya Jamur dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Jamur Pendidikan Biologi
UMS.
2.
Waktu
Praktikum
Budidaya Jamur dilaksanakan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai bulan Januari 2012.
B. ALAT dan BAHAN
1.
Alat
a.
Alat yang digunakan untuk sterilisasi adalah drum steam, kompor minyak,
thermometer, selang karburator, dan pompa.
b.
Alat yang digunakan untuk fermentasi adalah skop, plastik terpal, corong,
ember, timbangan, dan pengayak.
c.
Alat yang digunakan dalam pembuatan log adalah plastik log (polipropilen),
cincin jamur, karet gelang, plastik penutup, kapas, ember, dan kertas.
d.
Alat yang digunakan dalam inokulasi adalah tongkat inokulasi, ember/ baskom.
e.
Alat yang digunakan dalam perawatan jamur adalah penyemprot air uap.
2.
Bahan
Bahan utama
dalam praktikum ini adalah bibit Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
dan serbuk gergaji. Bibit Jamur Tiram Putih diperoleh dari hasil pembibitan
budidaya jamur di daerah dukuh Sembung, Bekonang.
a.
Bahan utama yang digunakan adalah Bibit Jamur Tiram Putih
b.
Bahan yang digunakan untuk media antara lain serbuk gergaji kayu sengon,
bekatul, kalsit, pupuk kandang sapi, dan air.
c.
Bahan yang digunakan untuk sterilisasi adalah minyak tanah dan air.
C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.
Tahap pencampuran bahan
a.
Meletakkan bahan pada tempat yang datar dan kering.
b.
Mencampur komposisi bahan dengan perbandingan :
Serbuk gergaji : 100 kg
Bekatul :
10 kg
Batu kapur/ kalsit :
4 kg
Air :
secukupnya
c.
Meratakan komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak menggumpal.
d.
Mengecek kelembaban adukan bahan, apabila sudah lembab dihentikan.
e.
Menutup adonan bahan dengan plastik terpal dan memfermentasikannya selama
3-5 hari.
2.
Tahap pembuatan log
a.
Menyiapkan alat dan bahan.
b.
Memasukkan komposisi bahan ke dalam plastik log seukuran 1 kg.
c.
Menambahkan pupuk kandang sapi sesuai perlakuan.
d.
Memadatkan bahan yang dimasukkan dalam plastik hingga tidak ada ruang
kosong.
e.
Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik.
f.
Mengikat ujung plastik pada cincin jamur dengan karet gelang.
g.
Menyumbat cincin jamur dengan kapas.
h.
Menutup cincin jamur yang sudah disumbat dengan kapas menggunaakan kertas
dan mengikatnya dengan karet gelang.
3.
Tahap sterilisasi log
a. Memasukkan log pada drum steam.
b. Menyalakan kompor.
c. Mensterilisasi log pada suhu 1140C konstan
selama 4-5 jam.
d. Mendinginkan log pada tempat yang steril
4.
Tahapan inokulasi bibit jamur ke dalam log dan pengamatan miselium
a.
Mensterilkan telapak tangan dengan menggunakan alcohol 70%.
b.
Membuka plastik/ kertas yang menutup cincin jamur pada log.
c.
Membuka sumbatan kapas pada cincin jamur.
d.
Mengeluarkan 3 sendok makan media dalam log dengan tingkat inokulasi dan
selanjutnya menamping sisa media tersebut dalam ember.
e.
Menginokulasikan bibit jamur tiram putih kurang lebih 3 sendok makan ke
dalam log menggunakan tongkat inokulasi.
f.
Menutup kembali cicncin log dengan kapas.
g.
Menginkubasikan log ke dalam ruang pembibitan
h.
Mengamati pertumbuhan miselium jamur dalam log.
D. TAHAPAN PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Dari praktikum yang kami lakukan
selama 5 bulan akhirnya tumbuh misellium meskipun hanya sedikit mungkin karena
pengaruh dari beberapa hal misalnya kurang steril dalam menginokulasi jamur,
ruang inokulasi dan lain-lain. Tetapi sampai saat ini kami belum mengetahui
hasil setelah media diletakkan di kubung jamur. Jadi kami belum mengetahui
nantinya bisa memanen jamur yang kami budidayakan yaitu Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus).
B. PEMBAHASAN
Jamur dalam bahasa Indonesia di sebut cendawan dan dalam bahasa botani
disebut fungi, termasuk ke dalam golongan sederhana karena tidak
berklorofil. Secara sederhana pengertian jamur adalah tumbuhan sederhana,
berinti, tidak berklorofil, berspora, berupa sel atau sejumlah sel dalam bentuk
benang-benang (misellia) yang bercabang. Di Indonesia banyak sekali macam-macam
jamur misalnya jamur tiram, jamur kuping, jamur merang, jamur kayu, jamur
payung shitake dan lain-lain. Dalam praktikum yang kita lakukan ini akan
melakukan pembudidayaan jamur tiram.
Jenis jamur yang kami budidayakan adalah jamur tiram
putih (Pleurotus ostreatus). Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia.
Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai
gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat
kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram
mengandung tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin,
biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam
komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan
proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka
kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan
jamur merupakan bahan pangan masa depan.
Jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota
dan termasuk kelas Homobasidiomycetes
dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya
berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram
dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii
dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom. Tubuh buah jamur
tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin:
pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur
tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari
jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan
permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit
berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora
berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia
berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
Klasifikasi dari
jamur tiram putih adalah:
Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycota
Classis : Basidiomycota
Sub Classis :
Homobasidiomycetidae
Ordo
: Agaricales
Famili
: Agaricaceae
Genus
: Pleurotus
Spesies :
Pleurotus ostreatus
Siklus hidup jamur :
Pada umumnya Pleurotus ostreatus mengalami dua
tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya yaitu:
1.
Reproduksi secara aseksual
Seperti
halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum
yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora
aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium.
Reproduksinya
terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan
dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa. Spora
seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium. Mula-mula
basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu
miselium dengan inti haploid. Miselium terus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang
kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikaryotik. Setelah itu apabila kondisi
lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 °C, kelembapan 85-90%, cahaya
mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk. Terbentuknya
tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada basidium. Nukleus haploid hasil meiosis kemudian
bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada basidium. Basidium
ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang jumlahnya
banyak (lamela). Dari spora yang terlepas ini akan berkembang
menjadi hifa monokarion. Hifa ini akan memanjangkan filamennya
dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu
septum satu nukleus). Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk
jaringan sambung menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan
akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion). Dalam
tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami, kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur.
Syarat tumbuh
jamur tiram meliputi beberapa parameter, terutama temperature, kelembapan
relatif, waktu , kandungan CO2, dan cahaya. Parameter tersebut memiliki
pengaruh yang berbeda terhadap setiap stadium atau tingkatan, misalnya:
1. Terhadap
pertumbuhan miselia pada substrat tanam.
2. Terhadap
pembentukan primodia (bakal kuncup) jamur.
3. Terhadap
pembentukan tubuh buah.
4. Terhadap
siklus panen.
5. Terhadap
nilai BER atau perbandingan antara berat hasil jamur dengan berat substrat log
tanam jamur.
Syarat
tumbuh dari Jamur Tiram adalah:
1.
Media tumbuh jamur tiram
a. Nutrisi
Nutrisi
media berperan penting dalam proses budidaya jamur tiram. Nutrisi bahan baku
yang ditambahkan harus sesuai dengan kebutuhan hidup jamur tiram. Bahan
baku yang digunakan sebagai media dalam budidaya jamur tiram dapat berupa kayu
yang sudah kering, kayu yang sudah lapuk, serbuk kayu ataupun campuran serbuk
kayu dan jerami. Selain bahan baku tersebut bahan tambahan lainya yaitu bekatul
atau dedak, kapur serta gips sebagai penguat media dan juga air.
Bahan–bahan tersebut perlu ditambahkan karena jamur termasuk organisme
heterotrofik yang artinya jamur tidak dapat mencukupi kebutuhanya sendiri.
b.
Tingkat keasaman media
Tingkat
keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram putih.
Apabila pH terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menggangu pertumbuhan jamur
tiram atau bahkan akan tumbuh jamur lain. Keasaman pH dapat diatur antara
6–7. Karena pada saat pertumbuhan misellia menghendaki keasaman media mendekati
netral sampai netral.
c.
Kadar air
Selaian
kadar pH, kadar air media harus diatur hingga 50-60% dengan menambahkan air
bersih. Air perlu ditambahkan sebagai bahan pengencer agar misellia jamur
dapat menyerap makanan dari media/substrat dengan baik. Jika air yang
ditambahkan kurang, maka penyerapan makanan oleh jamur menjadi kurang optimal
sehingga jamur menjadi kurus, bahkan dapat mengakibatan jamur mati.
Apabila air yang ditambahkan terlalu banyak maka akan mengakibatkan busuk akar.
2.
Lingkungan tumbuh
a.
Intensitas cahaya
Secara
alami, jamur tiram tumbuh di hutan di bawah pohon atau di bawah tanaman
berkayu. Jamur tiram, tidak memerlukan cahaya matahari berlimpah.
Pertumbuhan misellia akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap atau tanpa
sinar sekalipun tetapi pada masa pertumbuhan badan buah jamur tiram memerlukan
rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya, badan
buah tidak akan tumbuh, oleh karena pada masa pembentukan badan buah harus
mulai mendapatkan sinar. Penyinaran dapat menggunakan lampu 40 watt
ataupun penyinaran dengan sinar matahari secara tidak langsung dengan membuka
jendela atau pintu kumbung.
b.
Suhu
Pada
budididaya jamur tiram, suhu udara memegang peranan penting untuk mendapatkan
badan buah yang optimal. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram
dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara
berkisar antara 22–28oC dengan kelembaban 60–70% dan fase
pembentukan badan buah, memerlukan suhu udara antara 16–22oC.
Dalam praktikum
yang kita lakukan mungkin kita akan mengalami keberhasilan atau kegagalan.
Selain syarat-syarat yang harus diperhatikan diatas ada beberapa hal yang
menyebabkan apabila budidaya jamur kita itu gagal. Hal yang mempengaruhi yaitu:
1. Pencampuran
Bahan dan Pengomposan
Bahan baku yang
terdiri dari serbuk gergaji kayu, bekatul, kapur, dan sebagainya dicampur
secara merata, dengan komposisi bahan disesuaikan dengan kebutuhan. Sebelum
digunakan sebagai bahan campuran, serbuk gergaji kayu harus diayak terlebih
dahulu agar bagian-bagian yang tidak
digunakan (misalnya benda asing berbentuk kerikil, pecahan gelas, bagian
kayu,dsb) tidak terbawa. Semua bahan kemudian dicampur sampai homogen, ditambah
dengan bahan campuran lain dan air secukupnya. Bahan campuran ini dikomposkan
selama 2-5 hari. Selama pengomposan dilakukan pengadukan sebanyak 3-4 kali.
pada praktikum kali ini dimungkinkan waktu yang terlalu lama pada saat pengomposan
sshingga media atau bahan tidak layak untuk digunakan.
2. Faktor
dari serbuk kayu yang digunakan
Media kayu
adalah media utama dalam penumbuhan jamur ini. Jadi sangat penting untuk
memperhatikan jenis serbuk kayu yang digunakan. Hendaknya untuk mempermudah
budidaya, jenis kayu yang digunakan homogen atau tidak bercampur. Ini
berpengaruh dalam lamanya waktu pengomposan dan juga tentunya perkembangan
miselium. Untuk wilayah di pulau jawa, paling mudah menggunakan jenis kayu
sengon laut. Pencampuran dengan jenis lainnya boleh dilakukan tetapi hendaknya
80% bersifat homogen.Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini tidak
terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti kayu
pinus, damar, cemara, dan sebagainya. Penting juga untuk memperhatikan apakah
dari penggergajian kayu, serbuk gergaji tersebut terkena tumpahan oli atau
tidak, karena sangat beresiko jika digunakan dalam budidaya.
3. Faktor
campuran yang kurang baik
Kadar dari
campuran memang bermacam-macam dari masing-masing pembudidaya, tetapi rata-rata
menggunakan nutrisi sekitar 10%-15%, ada yang maksimal hingga 20% dari berat
gergajian. Nutrisi yang kami maksud di sini adalah perbandingan bekatul. Kita
harus memperhatikan bahan yang digunakan dalam campuran masih dalam kondisi
segar dan baru, tentunya kualitasnya juga harus baik. Penting sekali untuk
segera melakukan sterilisasi setelah campuran dimasukkan ke dalam kantong
baglog. Karena setelah dimasukkan ke dalam plastik, akan timbul gas fermentasi
yang dapat melambatkan tingkat kecepatan tumbuh miselium nantinya, atau bahkan
menghentikannya sama sekali.
4.
Faktor sterilisasi
Faktor ini yang
sering menjadi momok pada budidaya. Metodenya banyak sekali, ada yang
menggunakan tong, ada yang menggunakan steamer beton, plat baja. Ada yang
langsung dipanaskan, ada yang menggunakan boiler sebagai penghasil uap
panasnya. Intinya cuma satu, bagaimana metoda yang digunakan tersebut dapat memanaskan
media baglog hingga 100 oC dan mematikan semua bakteri yang ada.
Sehingga baglog yang sudah steril tersebut dapat tumbuh miseliumnya setelah
ditanamkan bibit di dalamnya. Air yang digunakan dalam memanaskan baglog juga
sebaiknya harus selalu baru dan bersih. Seharusnya setelah sterilisasi, jangka
waktu untuk inokulasi tidak terlalu lama sehingga media baglog dalam keadaan
steril. Tapi pada praktikum kali ini jangka waktu antara sterilisasi dan
inokulasi sangat lama yaitu mencapai 7 hari/1 minggu sehingga kemungkinan
terjadi kontaminasi.
5.
Faktor kesalahan dalam
inokulasi
Dalam melakukan
inokulasi bibit jamur tiram putih, kondisi baglog setelah melalui proses
sterlilisasi harus memiliki suhu yang pas.. Suhu baglog yang masih terlalu
panas dapat menyebabkan kegagalan, begitu juga sebaliknya, suhu yang sudah
terlalu dingin juga dapat menimbulkan kegagalan. Suhu yang baik kira-kira di
kisaran 35-38 derajat C (masih hangat sedikit, tapi tidak panas).
Jangan pula misalnya sudah lebih dari 2 hari
keluar dari steamer proses sterilisasi, baru dilakukan proses inokulasi, ini
sudah terlalu dingin.
Indikasi faktor inokulasi berhasil dapat dilihat seperti foto di bawah ini,
walau hanya baru 3 hari, perkembangan miselium sudah terpantau dengan
menyebarnya pengapasan.
6.
Faktor bibit jamur yang
kurang baik
Bibit jamur
tiram putih sangat penting sekali dalam menentukan tingkat keberhasilan dalam
budidaya jamur tiram putih. Kualitas bibit ini sangat menentukan keberhasilan.
Bibit yang sudah terlalu tua (apalagi sudah tumbuh jamurnya) kurang baik untuk
digunakan. Bibit yang berumur masih muda memiliki kekuatan yang lebih baik.
7.
Komposisi bibit
Komposisi
nutrisi pada bibit jamur tiram menentukan kualitas kekuatan miselium dalam
perkembangan di baglog nantinya. Indikasi sederhananya dapat terlihat pada
warna putih miselium di botol bibit. Jika putihnya berwarna sangat putih, ini
mengindikasikan nutrisi nya baik, tapi jika warna putihnya hanya semu saja, ini
mengindikasikan nutrisi yang digunakan kurang.
8.
Faktor kebersihan ruang
inkubasi
Pada ruang
inkubasi, faktor kebersihan, sirkulasi udara, kelembaban juga harus sangat
diperhatikan. Bisa jadi semua faktor sudah terlewati dengan baik, dan
perkembangan miselium juga baik, tetali karena ruang inkubasi kurang bersih,
perkembangan miselium justruk menjadi lambat dan malah terhenti sama sekali.
Ada baiknya ruang inkubasi secara rutin dilakukan sterilisasi dengan
menyemprotkan formalin 2% sebelum diisi baglog, ini untuk meyakinkan bersih dan
sterilnya ruang inkubasi itu sendiri.
Selain kelezatannya, jamur tiram juga sangat bermanfaat bagi kesehatan
tubuh. Jamur tiram juga bermanfaat dalam
pengobatan, seperti :
a.
Dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.
b.
Memiliki kandungan serat mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi
pencernaan.
c.
Antitumor, antioksidan, dll.
BAB V
KESIMPULAN
1.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) atau jamur tiram putih adalah
jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram
dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem.
2.
Praktikum yang telah dilakukan
dengan cara membuat 1 buah baglog, tumbuh miselium dan hanya tumbuh sedikit
pada bagian bawah cincin log.
3.
Tahapan pembudidayaan jamur tiram putih adalah:
a.
Tahapan pencampuran bahan.
b.
Tahapan pencampuran log.
c.
Tahapan inokulasi bibit jamur ke dalam log dan pengamatan miselium.
4.
Syarat tumbuh dari Jamur Tiram adalah:
a.
Media tumbuh jamur tiram
i. Nutrisi.
ii. Tingkat keasaman media.
iii. Kadar air.
b.
Lingkungan tumbuh
i. Intensitas cahaya.
ii. Suhu.
5.
Faktor lain yang mempengaruhi pembudidayaan jamur adalah:
a. Pencampuran
Bahan dan Pengomposan.
b. Faktor
dari serbuk kayu yang digunakan.
c. Faktor
campuran yang kurang baik.
d.
Faktor sterilisasi.
e.
Faktor kesalahan dalam
inokulasi.
f.
Faktor kebersihan ruang
inkubasi.
g.
Komposisi bibit.
h.
Faktor bibit jamur yang
kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aseqab,
Muad. 2011. Bisnis Pembibitan Jamur Tiram Jamur Merang dan Jamur Kuping.
Jakarta: Pt Agro Media Pustaka.
Djarijah,Nunung Marlina.2001.Budidaya Jamur Tiram.Yogyakarta
: Kanisius.
Hendritomo,
Henky Isnawan. 2010. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Yogyakarta: Andi.
Kistinnah, Idun. 2010. Biologi : Makhluk Hidup dan
Lingkungannya. Jakarta : Erlangga.
Nurfitriana,
Alfia. 2010. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat-B (PTPSP-B ) Pemanfaatan Serbuk Gergaji Sebagai
Media Tanam Jamur Tiram. Lampung: Universitas Lampung.
Prawirahardja. 2010. “Cara Budidaya Jamur Tiram” .tabloidgallery.wordpress.com. Diakses tanggal 26
Januari 2012.
Rahmat,Suryani dan Nur
Hidayat.2011.Untung Besar dari Bisnis Jamur Tiram. Jakarta : PT
Agromedia Pustaka.
Sumarsih,Sri.
2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta : Penebar Swadaya
Tjitrosoepomo, Gembong. 2001. Taksonomi Tumbuhan.
Yogyakarta: UGM Press.
.
FOTO PRAKTIKUM
A. PEMBUATAN MEDIA
Pencampuran dan
pengayakan serbuk gergaji, calsit, dan bekatul.
Campuran
serbuk gergaji, calsit dan bekatul (Media)
Pemberian
air yang cukup pada media
Media yang sudah siap untuk
difermentasikan
C. STERILISASI MEDIA
D. HASIL DARI INOKULASI JAMUR
F.
PEMINDAHAN KE KUBUNG JAMUR/PEMANENAN
Dilakukan satu per satu dan
kondisinya harus steril.